Everyday You are My Love and My Sunshine

Saturday, August 25, 2007

Flash Card Application

It just happened that i needed a Flash Card application, to help me memorize some german words. And i found this Pauker.

A simple but good application, using Java.
There are some commercial applications, of course, but i just want a working free solution, that's all.

Thanks Pauker.

Thursday, August 23, 2007

Yearly Bazaar @ Indonesian Embassy

Dari Ibu Ellen. Lapaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr ...
=====
Datang yuuk datang ke pesta rakyat yang setahun sekali ini.Di KBRI Singapura @ Chatsworth Road, jam 10 pagi-2 siang.
Ada Thomas Djorgi hehe itu mah gag terlalu pentiiiiing..Yang paling penting, ada buanyaaak makanan dan jualan lain yang jarang atau bahkan tak pernah didapatkan disini :)

Yuk kita intip beberapa diantaranya :

Stand # 3, Indo Gerai & Lia Yaniarti
- Baju-baju

Stand # 7, Ita dan Ibu-Ibu East
- Lumpia Semarang
- Nasi pecel
- Nasi ayam goreng
- Peyek
- Rujak Serut dan Asinan
- Lontong sayur betawi
- Donat
- Nasi kuning
- Lontong opor

Stand # 18, Santy,Hany,Iif,Eva Indah,Ami,dkk
- Sate Ayam Braddell
- Lontong Sayur Padang
- Nasi bihun goreng udang
- Bala2/ Dimsum Goreng
- Nasi gudeg
- Combro & Rangginang
- Mpek-mpek Palembang

Stand # 19, Kedai Ibu by Ellen
- Ketoprak
- Siomay Bandung
- Bakwan Malang
- Lemper Ayam
- Risoles ragout
- Nasi set Ayam Pop
- Dendeng Balado
- Rendang
- Teri Kacang

Stand #26, Mevie
- Nasi Uduk
- Baju-baju

Sampai Jumpaaaa
=ellen=

Monday, August 13, 2007

Roy who ....?

Taken from here.

Sensasi Sejarah Indonesia Raya
Pengirim: Ir Alexander Priyo Pratomo MSc

Jakarta - Saya masih ingat pada saat saya masih berada di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar pada 1979 sampai 1986. Pada masa itu terdapat majalah anak-anak selain "Bobo" dan "Kawanku", yaitu majalah Ananda yang saat ini sepertinya tidak terbit lagi.

Di majalah "Ananda" tersebut, saya sangat senang membaca salah satu cerita bergambar (cergam) yang menjelaskan mengenai para pahlawan nasional dan peperangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Salah satunya membahas mengenai Wage Rudolf Supratman, pengarang lagu Indonesia Raya.

Dikisahkan bahwa W.R. Supratman adalah komponis berbakat di Hindia Belanda dan salah satu lagu yang digubahnya adalah Indonesia Raya. Ia memperdengarkan lagu tersebut pertama kali secara formal melalui alunan biola yang ia mainkan di pertemuan pemuda pada 28 Oktober 1928 yang dikenal sebagai hari Sumpah Pemuda.

Para pemuda yang secara informal sudah mengenal syair lagu itu jauh sebelum hari tersebut, menyanyikan lagu tersebut dengan penuh semangat. Mengingat masa yang sangat rawan secara politis saat itu bila menyerukan kata "merdeka", maka kata "merdeka" digantikan dengan kata "mulia".

Dalam cergam tersebut juga dijelaskan bahwa lagu Indonesia Raya memiliki lebih dari 1 stanza, atau disebutkan, Indonesia Raya memiliki lebih dari satu bagian.

Lalu sewaktu saya SD dan SMP, juga saya mengetahui ketiga stanza tersebut di buku teks pelajaran seni suara, di mana lagu Indonesia Raya memiliki lebih dari satu bagian/syair. Bahkan sewaktu saya bersekolah di SMU Taruna Nusantara Magelang, saya sangat gemar membaca buku sejarah nasional, termasuk biografi W.R. Supratman.

Kembali saya menemukan hal yang sama, yaitu bahwa lagu Indonesia Raya tidak hanya memiliki 1 stanza, dan ditetapkan bahwa hanya stanza pertama sebagai lagu Kebangsaan Indonesia setelah Indonesia merdeka.

Indonesia Raya yang saat ini ditetapkan sebagai lagu Kebangsaan Indonesia adalah benar lagu yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman. Indonesia Raya memiliki lebih dari 1 stanza.

Oleh karena lagu ini berisi semangat kebangsaan yang luar biasa, dan dikenal luas oleh pergerakan pemuda yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, maka saat Indonesia benar-benar merdeka, lagu ini ditetapkan sebagai lagu Kebangsaan. Namun, hanya bagian pertama (dari 3 bagian) yang dinyanyikan sebagai lagu kebangsaan. Memakai istilah almarhum Gepeng, "sejak jaman chindhil abang" Indonesia Raya sudah memiliki lebih dari 1 stanza.

Saya sangat heran dengan pendapat beberapa orang yang menganggap hal yang diumumkan oleh Roy Suryo adalah baru pertama kali dan juga adalah hal yang luar biasa. Terlebih bila membaca berita. Ada ahli sejarah yang merasa hal ini sebagai penemuan yang spektakuler.

Jauh sebelum bulan Agustus 2007 ini, yaitu sekitar 25 tahun lalu, saya sudah pernah membaca mengenai hal yang sama. Bahkan di masa SD, SMP, dan bahkan sampai SMU, saya juga banyak menemukan hal ini di buku-buku biografi sejarah para pahlawan kemerdekaan.

Terlebih dengan pesatnya dunia informasi dan media. Dengan menggunakan mesin pencari di internet semisal dengan YouTube. Saya bisa menemukan banyak situs yang menampilkan lagu Indonesia Raya yang lengkap yang digunakan sebagai propaganda Jepang untuk merekrut anggota PETA (Pembela Tanah Air) yang di kemudian hari dijadikan romusha oleh Jepang.

Segala hal bisa ditemukan di internet di masa ini. Jangankan lagu Indonesia Raya. Bahkan lagu "Kucing Garong" dengan segala versi bisa ditemukan di YouTube. Bukan masalah luar biasa bagi saya mengenai hal ini mengingat pesatnya teknologi Informasi (TI) saat ini.

Tidak perlu terlebih dahulu menjadi pakar untuk menggunakan internet sehingga didapatkan informasi yang kita inginkan di masa ini. Bung Karno mengatakan dalam salah satu pidatonya slogan yang sampai saat ini dikenal, yaitu: JASMERAH. Jangan sekali-kali melupakan atau meninggalkan sejarah.

Sungguh aneh bila hal yang sangat biasa ini dianggap sebagai hal yang spektakuler. Terlebih bila orang-orang yang menyatakannya dianggap kompeten dalam bidangnya, yaitu bidang sejarah dan juga multimedia. Lagu ini adalah sejarah bangsa Indonesia yang ternyata dilupakan oleh hampir sebagian besar bangsa Indonesia. Termasuk ahli sejarah bangsa Indonesia sendiri.

Kemungkinan pemberitaan ini sebagai bentuk pencarian sensasi. Saya hanya bisa merenungkan sebagai berikut. Bangsa ini sedang dalam kondisi di mana harga diri sebagai warga negara Indonesia berada pada titik yang rendah bila dibandingkan masa 30 sampai 60 tahun lalu.

Saat itu, kita dengan bangga menegakkan kepala dan menyatakan kepada negara tetangga. Bahwa kita adalah bangsa yang berdaulat, memiliki harga diri sebagai bangsa yang merdeka, di mana banyak negara tetangga masih menjadi koloni/jajahan dari negara lain.

Kini harga diri itu telah berkurang dan menurun. Semisal dengan mudahnya negara tetangga mendikte negara kita. Bahkan memaksa negara kita mengakui peraturan-peraturan yang dibuat oleh beberapa negara tetangga yang dulu tidak punya apa-apa dibanding negara kita.

Salah satu alasannya adalah karena di bangsa ini sedang terjadi proses penghinaan diri sendiri. Beberapa orang mencari sensasi untuk membesarkan nama diri atau nama kelompok dengan mendiskreditkan orang lain atau kelompok lain. Bahkan meniskreditkan para pahlawannya.

Sewaktu saya sedang belajar di Belanda saya bangga sebagai orang Indonesia. Saat hari kemerdekaan Indonesia saya memutar lagu Indonesia Raya di laptop saya supaya rekan satu tim saya tahu bahwa Indonesia memiliki lagu kebangsaan yang sangat indah, patriotik, dan menggugah semangat kebangsaan.

Bahkan rekan tim saya dari negara lain, semisal Rusia, India, bahkan Belanda sendiri mengakui bahwa lagu Indonesia Raya memiliki kesan yang sangat mendalam sebagai Lagu Kebangsaan.

Lagu kebangsaan Singapura, "Negaraku", lagu itu dinyanyikan dalam bahasa Melayu. Namun, hampir seluruh rakyat Singapura tidak tahu arti kata-kata yang digunakan pada lagu itu, mengingat Singapura menetapkan Bahasa Inggris sebagai bahasa Nasional mereka. Tetapi, mereka tetap bersemangat menyanyikan lagu tersebut di hari National Parade mereka. Mereka tahu itu lagu kebangsaan mereka.

Lagu kebangsaan memiliki kharisma bagi bangsa yang mengakuinya. Negara lain, hampir tidak ada yang memiliki cerita sepatriotik lagu Indonesia Raya saat mereka menetapkan lagu kebangsaan mereka. Kita harus bangga akan hal ini dan bukan mencari sensasi mengenai lagu Indonesia Raya. Terlebih bila sampai mengusik ketenangan ahli waris dari WR Supratman.

Polemik yang terjadi saat ini mengenai lagu Indonesia Raya menunjukkan betapa kecil apresiasi rakyat terhadap sejarah bangsanya sendiri. Tak lain karena pikiran dan hati rakyat bangsa ini sedang diarahkan kepada konsumerisme. Alih-alih menggunakan teknologi sebagai wahana untuk mengenal jati diri bangsa dan meningkatkan rasa nasionalisme teknologi digunakan sebagai alat pamer untuk menaikkan prestise atau harga diri pribadi.

Saya kagum dengan jawaban pemenang Putri Indonesia 2007 mengenai perbedaan antara pahlawan dan pecundang. Pahlawan mati hanya sekali (dan meninggalkan nama harum bagi bangsa). Sedang pecundang mati berkali-kali (dan membawa kenangan buruk bagi bangsanya). Mati berkali-kali karena apa yang dilakukannya ternyata hal yang terbukti tidak benar di kemudian hari.

Mari kita menjadi pahlawan bagi bangsa Indonesia. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah bangsa kita. Cintai bangsa sendiri dan pakai kepakaran kita (bila benar demikian) untuk dikenal di mancanegara. Bukan sebagai media untuk dikenal di kalangan media infotainmen belaka.

Ir. Alexander Priyo Pratomo, M.Sc
Jalan Asia Afrika 57-59 Lantai 12
Bandung 40111 Indonesia
+62 22 84275907
(msh/nrl)